Turing
kali ini ngga jauh-jauh, nge-gasnya juga tipis-tipis saja....tujuannya sih
eksplor Purbalingga dan tiga tempat sekaligus saya kunjungi. Sesuai urutan,
yang pertama ke arah Rembang, tempat
kelahirannya Panglima Besar Jendral Soedirman, saya singgah di Curug Karang.
Curug ini letaknya di Desa Tanalum, dari Losari masih naik lagi, kalo belum
hapal jalan mending tanya penduduk setempat karena jalannya cukup rumit, dan
harus ekstra hati-hati karena jalan menuju
ke curug ini masih relatif jelek. Untuk memasuki curug ini dikenai tiket masuk 5
ribu rupiah dan parkir motor 2 ribu rupiah saja.
Melanjutkan perjalan , saya singgah di tempat yang kedua.
Destinasi yang berada di Desa Panusupan Kecamatan Rembang tersebut bernama Jembatan
Cinta. Jembatan yang disusun dari bahan dasar bambu wulung sepanjang 280 meter tersebut,
dibentuk menyerupai bentuk hati. Jembatan ini membentang di atas hamparan sawah,
sayang saat saya kesini padinya baru dipanen, tentunya lebih indah saat tanaman
padinya sedang menghijau, dengan udaranya
yang sejuk, jembatan cinta ini cukup diminati untuk dikunjungi di kala musim
libur dan akhir pekan. Akses jalan menuju kesini mudah di jangkau, bisa menggunakan
motor maupun mobil. Tiket masuk 5 ribu rupiah dan tiket parkir motor 2 ribu
rupiah. Udara yang sejuk dan semilir angin serta pemandangan alamnya yang menarik. Romantis
sih, apalagi kalau bersama pacar atau orang yang disayangi. Salutlah buat warga
Purbalingga, kreatif membuat tempat wisata yang unik ini.
Yang terakhir Puncak Sendaren, tidak begitu jauh
dari Jembatan Cinta karena masih di wilayah dukuh Karang Gedang, Desa
Panusupan. Tiket masuk 5 ribu rupiah dan parkir motor 2 ribu rupiah. Ada tiga
pos yang harus dilalui oleh para pengunjung untuk sampai ke puncak Sendaren ini.
Dengan medan yang lumayan terjal, tapi masih bisalah untuk para pendaki
pemula. Sebaiknya kalau mau kesini menggunakan sepatu atau sandal yang nyaman
buat jalan dibatuan atau alam terbuka, terus mending pagi atau sore hari jadi
tidak terlalu panas. Selama perjalanan, pengunjung akan ditemani pemandangan
yang lumayan menghilangkan lelah. Deretan perbukitan yang menghijau, semilir
angin dan langit biru cerah berpadu dengan Gunung Slamet dikejauhan membentuk
lukisan alam yang menyejukan hati. Setelah satu jam perjalanan melewati jalanan
setapak dengan semak belukar di kanan kirinya, saya sampai di puncak Sendaren
yang terkenal dengan Jembatan atas awannya ini. Ada dua jembatan yang dibuat
untuk selfie deck dan rumah pohon yang dibuat seperti sangkar burung. Dari jembatan
yang di buat menggunakan bambu, sekali sapuan pandangan akan terlihat luasnya
bumi. Indahnya, pandangan kita tidak terhalang bukit ataupun gunung, seolah-olah
kita bisa melihat batas bumi. Menakjubkan! Take nothing, except picture!, leave
nothing, except footprint!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar